Sabtu, 04 Agustus 2012

sebuah cerpen karya pertamaku diblog ini.... silahkan dibaca


BELUM ADA JUDULNYA MOHON DIKASIH SARAN BAGI PEMBACA BLOG

Sore ini antara keremangan dan sejuta rasa yang aku sendiri bingung untuk menterjemahkannya. Kebingungan ini terus menerpaku sampai detik ini. Entah apa yang aku bingungkan pikiran ini terus bermain- main dipikiranku. Kutatap langit sore ini mendung  tak  berkabut langit tampak begitu suram dan sesekali burung dari cakrawala langit berterbangan menantikan kumandang adzan. Tatkala ada dua lelaki remaja yang dengan bersegera pergi menuju suraunya, dengan memakai kemeja dan sarung pemberian ibunya. Yah! Mereka sedang berjuang demi sebuah cita- cita. Sosok lelaki pertama penulis coba sebut dengan nama rian saja. Selanjutnya lelaki yang kedua dengan nama pandu laksana. Kedua remaja tanggung ini pergi ke negeri orang untuk mengadu nasib demi sebuah terciptanya cita- cita. Entahlah siapa yang akan menjadi pemenang berikutnya apakah keduanya ataukah seorang saja yang mampu bertahan disana.untuk beberapa lamanya mereka tengah berusaha dengan segenap cita dan asa serta derita dan daya. Persahabatan mereka sangat dekat bagaikan buah yang bercabang dua. Hingga datanglah seorang dara nan cantik jelita sebut saja bunga. Bunga yang rumahnya tak jauh dari tempat naungan mereka sekarang. Mereka hanya mampu saling pandang saja maklum sang dara anak terpandang ditempat itu sedangkan si pria bukanlah siapa- siapa. Genap tujuh bulan terasa kini kedua saudara itu mapan sudah sebuah cita- cita berhasil digengamnya dengan bangga serta berlinangan air mata pulanglah mereka butuh waktu yang lama untuk membuktikan semua atas segala usaha dan cita- cita akhirnya berbuah manis sudah. lima tahun lamanya mereka berpisah baik sosok rian maupun pandu laksana. Tugas yang diemban demi sebuah cita- cita negara dan bangsa. Akhirnya tuhan kembali mempertemukan mereka disebuah kota tempat awal dulu mereka bersama- sama melebur dalam asa.

“Kopi ini masih tetap terasa nikmat dimulutku rian. Bagaimana menurutmu?” ujar  pandu laksana terhadap teman lamanya itu.
“tentu saja pandu, aku tetap tidak lupa ketika kamu menikmati setiap goreng- gorengan bu surti, waktu itu kamu makan lima tapi mengaku dua” ujar rian dengan tertawa meringis.
“ah kamu masih ingat saja rian,, itu masa lalu maklum uang sangat pas- pasan perut sudah gak bisa diajak kompromi lagi hahahaha”  pandu laksana pun kembali menimpali
“Oh ya, rian kamu masih ingat dengan anak gadis yang setiap sore kita ganggu namun hanya berani menatap dara ayu itu dari kejauhan kamu masih ingat tidak, siapa itu namanya emmm bunga ya bunga namanya, ingatkah kau rian?”
“tentu saja tak mungkin aku lupa, dengan segala keisenganmu pandu!”
“Bagaimana kalau kita menjumpainya?” pandu bergegas dan menarik- narik lengan rian seolah ingin tau kabar dara itu sekarang.
“ah, untuk apa pandu ini sudah 5 tahun lamanya, mungkin dia sudah dipinang orang lain dan mungkin juga sudah punya anak. Ingat pandu kita ini bukan siapa- siapa, tidak sebanding dengan keluarganya.” Rian pun kembali meneguk segelas kopinya berusaha menenangkan dirinya yang mungkin saja tengah kecewa.
“ahh!, lemah kali kau ini rian kita ini sekarang sudah punya pangkat pekerjaan yang layak dan bisa itu kasih makan anaknya. Sudahlah kawan jangan menyerah begitu walaupun dia bukan jodoh kita aku Cuma mau lihat dia saja dari kejauhan  itu saja tidak akan aku ganggu anak gadis orang, eh salah maksud ku istri orang. Itupun ia kalau dia sudah dipinang orang, kalau belum kuajak kau taruhan buat mendapatkan dia. Gimana setuju tidak kau. Ayolah jangan sia- siakan malam ini sudah lamanya kita tidak berjumpa sekarang butuh penyegaran otak sedikit kawan. Kita ini sudah cukup umur dan sudah pantas menikah toh! Jelas pergi terus kita!”
Dan merekapun segera berlalu, malam itu menjadi malam yang panjang bagi mereka dan mereka lalui dengan penuh nostalgia kenangan lama mereka.

Dan tibalah dirumah yang dituju rumah sang dara ayu bernama Bunga. Seperti biasa mereka menungu dibalik gang itu kalaupun dulu hanya berjalan kaki karna dengan tidak sengaja melewati rumah sidara, kini dengan tiger 100 lengkap dengan modifan terbaru hamper mirip pembalap saja sang arjuna sudah merasa menaiki kendaraan impiannya. Tak lama berselang keluarlah sidara. Dengan tidak berubah sejak dulu tampak cantik bahkan tambah mempesona sidara tetap indah dimata keduanya dengan jilbab biru mudanya. Duduk diteras rumah sambil membaca sebuah buku. Terpukaulah mata kedua arjuna itu ingin rasanya menanyakan kabar dan statusnya namun tak lama keluarlah seorang lelaki paruh baya yang tak lain dan tak bukan adalah ayahandanya. Tampak berbincang dengan seriusnya mengenai suatu hal. Kedua lelaki ini memberanikan diri untuk menemuinya dengan segala keberanian dan asanya. Hingga pada akhirnya…


“Kalau tahu begini sudah sejak lama kudekati dia rian”. Ujar pandu yang semangat saat sekali saat itu, bagaimana tambah cantik bukan. “Aku berani bertaruh kau pasti juga tertarik olehnya?” dan merekapun berlalu


semenjak awal pertemuan itu mereka terlihat lebih intens bertamu kerumah sang dara. Hingga terdengarlah kabar bahwa pandu akan melamarnya. Dan ternyata ayahanda sang dara pun menyetujuinya. Segala sesuatu sudah direncanakan hingga semua hampir rampung sudah persiapan sudah 75% sudah.
Bagaimana dengan sang dara?
Apakah beliau juga menyetujuinya?
Sebagai anak yang manut terhadap orang tuanya sang dara manut saja namun bagaimana dengan impian sebenarnya entahlah yang tahu hanya sidara saja, karena  bagi dara membahagiakan kedua orangtua adalah sebagai balas budi baginya atas kasih sayang dan cintanya selama ini sedangkan baginya pilihan orangtua adalah pilihan terbaik baginya yang mampu  menuntunnya kearah kebahagiaan kekal baginya hingga ajal menjemputnya apalagi kalau bukan keluarga.

Bagaimana dengan nasib rian dan kisah cintanya?

Rian…. Rian…. Rian …. Dimana kau? Dengan suara setengah menjerit tampaknya pandu laksana sangat bingung dengan napasnya yang terengah- engah  seperti beban berat yang sedang menimpanya. Disudut kosan rian dengan sabar dan kebingungan pandu laksan menantikanya pulang.

“Bangun- bangun sudah magrib ayo solat dulu ndu!”
dengan segera membuka pintu dan bersiap akan melakukan salat berjamaah.


“sudah- sudah kamu tenang dulu kalau memang begitu keadaannya.” sembari mengurut dadanya ia mencoba menetramkan sahabat baiknya itu ia mencoba menentramkan suasana menormalkan keadaan seolah- olah tidak terjadi apa- apa saat itu.

“bagaimana mau tenang, kau tahu ini pilihan sulit bagi aku, dikampung aku dipaksa kawin dengan si mira anak toke minyak itu kalaupun aku kawin sama dia segala utang emak bapakku lunas semua, semua telah dipersiapkan keluarga simira dan aku tinggal kawin aja, sedangkan kau tahu aku sangat mencintai si bunga dia pun anak orang kaya serta cantik pula, bagaimana menurutmu saudaraku?” pandu laksana mengerenyitkan dahinya sambil sesekali mengetuk- ngetukan kepalanya seolah sudah bingung sekali.

“aku ingin bertanya padamu pandu apakah kau juga mencintai si mira, jika tidak tetaplah sesuai pilihan hatimu, semua itu harus dibicarakan baik- baik semua akan ada jalan keluarnya”
“ah, kau tak tahu sih rian aku bingung karena si mira itu cinta pertama aku dulu dikampung lagian juga anaknya cantik dan bahenol dia itu kembang desa dikampungku. Lagian banyak jasa orangtuanya aku bisa seperti sekarang ini berkat orangtuanya yang menyuport sebagian dana waktu aku tes dulu banyak kali utang budi keluargaku padanya lagian pula utang mamakku ada seratus juta pada bapaknya, sedangkan sibunga dia memang cantik, berpendidikan anak orang berada bapaknya mayor, itu cita- citaku dulu mendapatkan jodoh seperti itu dan yang parahnya juga sekarang bunga sedang hamil 3 bulan rian”
“apa?” tersentak kagetnya begitu kagetnya rian mendengarnya dengan lemas rian menunduk seolah telah gagal menjaga dan mempercayakan kesucian sang dara, ketika teringat janjinya waktu itu rian telah memutuskan menganggap bunga sebagai adik angkatnya semenjak pandu laksana memutuskan untuk mengejar sang dara pujaan hatinya ia mencoba mengalah demi sang jelita demi persahabatannya dan demi seragam kebanggaannya kini pupus semua sudah.
“itulah rian, tolong aku bingung kali aku, gak mungkin aku nikahi dua- duanya, bisa kacau nanti.”
“sudah kamu apain mira, apakah sama seperti bunga? Kapan terakhir kamu pulang kampung?”
“itulah masalahnya sepertinya ahhhhh pusing aku simira baru ngabari aku kalau katanya dia sudah gak mens 3 minggu alamak anak gadis orang hamil dua- dua aku buat.


BERSAMBUNG....




Tidak ada komentar:

Posting Komentar